MIRIS, ..KARENA FAKTOR EKONOMI, SEKELUARGA BUNUH DIRI BERBARING BERJAJAR “

by February 24, 2017
PERISTIWA 0   1.3K views 0

Almarhumah dan anak anaknya yang masih balita semasa hidupnya

Reportactual.com – Semakin peliknya permasalahan ekonomi memberikan dampak tsikologis yang buruk bagi sebagian masyarakat terutama rakyat kecil. jika tidak kuat menanggung beban kehidupan karena faktor ekonomi, kadang orang akhirnya berbuat nekad. Barangkali mereka tidak lagi bisa berfikir panjang, dengan bunuh diri mereka menganggap masalah akan selesai, padahal sebetulnya bagi orang yang masih mempunyai iman didalam diri, tidak akan berpikir bodoh seperti itu.

Made Suardana, 59, sangat terpukul. Betapa tidak! Warga Banjar Dinas Jero Kuta, Desa Bondalem, Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali itu harus kehilangan anak lelaki satu-satunya Kadek Artaya, 32; menantunya Kadek Suciani, 27; serta dua cucunya Putu Wahyu Adi Saputra, 7; dan Kadek Dwi Cahya Putri, 3, sekaligus. Keluarga muda tersebut tewas setelah menenggak racun.

Terkuaknya ulah pati itu berawal dari kecurigaan Made Suardana sepulang dari pasar untuk mengojek sekaligus mengantar sang istri Ketut Suartika, 44, yang berjualan di Pasar Tejakula sekitar pukul 05.30.

Saat itu dia melihat lampu kamar yang ditempati keluarga anaknya masih menyala. Kemudian, dia mencium bau menyengat. Suardana pun mengira bau gas. Setelah dicek ke dapur, ternyata tidak ada gas yang bocor. Namun, bau gas tersebut justru belum hilang. Bau menyengat itu semakin kuat saat dia berada di depan pintu kamar sebelah barat. Ketika pintu hendak dibuka, ternyata terkunci dari dalam.
Akhirnya, Suardana mendobrak pintu kamar yang dikunci dari dalam tersebut. Alangkah kagetnya dia setelah melihat semua korban tertidur dengan mulut berbusa.

Suardana panik. Namun, dia masih sempat menolong korban dengan memberikan air kelapa yang dipetik di depan rumah. Mengetahui sang anak, menantu, dan kedua cucunya tidak ada reaksi, dia pun berteriak meminta pertolongan kepada tetangga.

Akhirnya, satu per satu tetangga datang dan menolong korban dengan mencarikan kendaraan untuk dibawa ke rumah Bidan Kadek Dewi di Desa Pacung. Lantaran keempat korban sudah meninggal, mereka langsung dibawa ke rumah paman korban di Dusun Kaje Kangin. Keempatnya dibuatkan upacara di rumah milik Gede Suarsana, 60.

Untuk memastikan kematian tersebut, tim medis dari Puskesmas II Tejakula yang dipimpin dr Komang Ari Wirama langsung memeriksa korban. Hasilnya tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan di tubuh korban.

Ditemui di rumah duka, Ketut Suartika, ibu korban, terlihat shock dan tidak percaya bahwa anak lelaki satu-satunya, menantu, serta cucunya meninggal begitu cepat tanpa memberikan sedikit pun firasat. Bahkan, dia mengaku tidak tahu pasti kenapa anaknya bunuh diri.

Sepengetahuan dia, tidak pernah ada masalah atau konflik dengan anak dan menantu. Baik secara pribadi maupun masalah anaknya dengan orang lain.

Namun, seingat Ketut Suartika, menantunya Kadek Suciani memiliki riwayat mag kronis serta batuk yang tidak kunjung sembuh. Akibat sakit tersebut, badan Ketut Suartika menjadi kurus. Di samping itu, cucu pertamanya juga sering sakit-sakitan.

Seperti mimpi rasanya, anak, menantu, dan cucu saya meninggal. Padahal, sebelum berangkat ke pasar sekitar jam 3 pagi, saya sempat lihat mereka, tetapi masih tertidur. Suami saya datang jemput saya terus nyuruh pulang. Setelah di rumah, kaget ternyata sudah ramai orang berkumpul. Anak saya pendiam, dia tidak pernah ada masalah dengan siapa pun. Bahkan, setahu saya, mereka tidak pernah punya utang dengan siapa pun. Makanya, saya kaget, kok tega mengambil jalan seperti itu,” ujarnya sambil menyeka air mata.

Padahal, menurut ibu korban, sehari sebelum meninggal, korban sempat pergi ke Singaraja. Hanya, Suartika tak tahu pasti apa yang dicari anak, menantu, dan cu­cunya di sana. “Saya juga tak tahu kapan mereka beli racun, beli minuman, karena sebelumnya tak ada,” imbuhnya.

Paman korban Gede Suarsana juga tak menampik bahwa keponakannya tidak pernah memiliki masalah dengan siapa pun. Bahkan, Kadek Artaya ulet bekerja. “Sama saya sering ngobrol, tetapi karakternya memang pendiam. Mungkin kematiannya karena depresi. Sebab, Kadek Suciani (sang istri) dan kedua anaknya sering sakit-sakitan secara bergantian. Mungkin itu penyebab mereka bunuh diri,” terangnya.

Sumber berita JawaPos.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.